Jadikanacara Anda lebih seru dengan tongkat cahaya topi murah dan trendi yang tersedia di Alibaba.com. Gunakan tongkat cahaya topi ini untuk menghadirkan gaya yang dipersonalisasi ke setiap acara. PaguyubanSampoerna Retail Community Negeri Pala Aceh Selatan bekerjasama dengan Tapaktuan Diving Club menggelar kegiatan ramah lingkungan, Minggu, 3 Juli 2 TuanTapa berhasil membunuh kedua naga dengan menggunakan tongkat. Sang putri pun kembali ke pelukan raja dan permaisuri. Tapi raja dan permaisuri tidak kembali lagi ke kerajaan karena kapalnya rusak ketika pertempuran dan memilih bermukim di dekat gua Tuan Tapa. Keberadaan mereka di tanah Aceh diyakini sebagai cikal bakal masyarakat Tapaktuan REPUBLIKACO.ID, NEW YORK -- Salah satu tongkat dan topi Bowler Charlie Chaplin, bintang komedi bisu Hollywood dilelang di rumah lelang Bonhams, Amerika Serikat, Ahad (18/11) kemarin. Dalam acara itu, tongkat dan topi Charlie Chaplin berhasil dilelang senilai 62.500 dolar AS. Spesialis Memorabilia Bonhams, Lucy Carr mengatakan, tidak diketahui berapa jumlah . Kabupaten Aceh Selatan tak hanya menyimpan berbagai tempat wisata pantai yang masih perawan dan eksotik. Aceh Selatan juga dikenal dengan daerah yang kental akan legenda seorang pertapa sakti bernama Tuan Tapa. Nama beliau bahkan diabadikan menjadi ibukota Kabupaten Aceh Selatan yaitu Kota Tapak Tuan. Begitu juga sebuah situs yang dipercaya bekas pijakan beliau yang lebih dikenal dengan Tapak Tuan Tapa. Situs Tapak Tuan Tapa ini kini menjadi tempat wisata yang selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan. Tak hanya wisatawan lokal, banyak pengunjung yang datang dari luar kota hingga mancanegara yang penasaran ingin melihat langsung jejak kaki raksasa yang ada di bibir pantai tersebut. Meskipun kebenarannya masih diragukan, tempat wisata ini tetap saja menarik untuk dikunjungi. Tepatnya, situs yang melegenda ini terletak pada Gampong Pasar, Kecamtan Tapak Tuan, Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh. Jika ingin berwisata di Tapak Tuan Tapa, wisatawan setidaknya harus menempuh jarak kurang lebih 1,5 kilometer atau dengan melakukan perjalanan selama 10 menit dari pusat Kota Tapak Tuan. Tempat wisata Tapak Tuan Tapa ini tepat berada di kaki Gunung Lampo, dan langsung berbatasan dengan Samudra Hindia. Untuk menuju lokasi tempat wisata ini wisatawan bisa menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan umum yang tersedia di Aceh Selatan. Legenda Tuan Tapa Konon dahulu hiduplah dua ekor naga yang berasal dari Negeri Tirai Bambu, kedua naga tersebut tak memiliki anak sehingga sangat senang ketika menemukan sebuah bayi manusia yang terombang-ambing dilautan. Bayi ini terdampar dilautan karena kapal dari orang tuanya yang hancur diterjang oleh badai. Bayi tersebut dirawat oleh kedua naga tersebut hingga tumbuh dewasa dan menjadi seorang perempuan cantik yang juga dikenal dengan putri naga. Ketika beranjak dewasa, Putri Naga merasa tak betah karena dirinya sadar bahwa ia bukan anak kandung dari naga melainkan manusia. Putri pun beberapa kali meminta izin kepada kedua naga tersebut agar diperbolehkan mencari orang tuanya. Namun karena takut kehilangan anak angkatnya, kedua naga tak pernah mengizinkan sang putri untuk keluar dari tempat tinggalnya. Suatu hari, kedua naga ini hendak pergi untuk waktu yang cukup lama. Setelah cukup lama meninggalkan sang putri sendiri, sang putri nekat untuk keluar dari goa tempat tinggalnya dan pergi ke pesisir pantai. Disana, ada sebuah kapal yang ditumpangi seorang pangeran yang jatuh hati kepada sang putri. Akhirnya, sang putri pun dibawa kapal tersebut untuk mencari sang orang tua kandungnya. Sang naga betina yang merasa tak enak hati, akhirnya memutuskan untuk kembali dan benar saja dia tak lagi menemukan putrinya di dalam goa. Kedua naga yang marah tersebut mencari disetiap kapal yang mereka temui di lautan hingga akhirnya bertemu dengan kapal yang membawa putrinya. Murkalah kedua naga ini dan mengobrak-abrik kapal tersebut. Suara teriakan dan raungan awak kapal yang ketakutan mengusik pertapaan Tuan Tapa. Keluarlah Tuan Tapa dari tempat persemedian dan mengubah dirinya menjadi raksasa. Beliau bertolak ke puncak sebuah gunung sebelum melompat ke lautan untuk melawan kedua naga tersebut. Dalam lompatan tersebut, Tuan Tapa berpijak pada sebuah batu sehingga meninggalkan jejak kaki manusia dengan ukuran yang sangat besar. Singkatnya, Tuan Tapa berhasil membunuh si naga jantan dengan tongkat saktinya hingga tubuh naga hancur. Sang putri pun akhirnya kembali ke pelukan sang orang tua dan hidup bahagia. Naga betina yang ketakukan pun akhirnya melarikan diri. Legenda ini juga dikaitkan dengan berbagai tempat wisata seperti batu berbentuk kopiah dan tongkat yang dipercaya merupakan miliki Tuan Tapa. Setelah peristiwa pertempuran dengan naga tersebut, Tuan Tapa menghilang di sebuah tempat yang dipercaya merupakan tempat peristirahatan terakhir sang pertapa. Tempat ini berada di depan Masjid Tuo yang terletak di Kelurahan Padang, Kecamatan Tapak Tuan, Aceh Selatan. Dari situs Tapak Tuan Tapa, Makam Tuan Tapa hanya berjarak sekitar 200 meter saja. Pesona Tapak Tuan Tapa Untuk melihat Tapak Tuan Tapa dari dekat diperlukan usaha ekstra bagi wisatawan. Dari pintu masuk, wisatawan bisa menggunakan anak tangga serta sebuah bangunan baru yang diberi pembatas guna keselamatan wisatawan. Dari sini akan terlihat dengan jelas jejak kaki raksasa tersebut yang tepat berada di tepi samudra. Jika ingin lebih dekat, wisatawan harus melewati bebatuan karang yang licin terkena air laut. Wisatawan diharapkan untuk berhati-hati ketika ingin lebih dekat melihat Tapak Tuan Tapa tersebut karena telah banyak korban yang tersapu gelombang besar samudra. Sesampainya dilokasi, akan terlihat begitu jelas sebuah jejak kaki raksasa yang diperkirakan memiliki ukuran panjang 6 meter dan lebar 2,5 meter. Jejak kaki tersebut tepat berada diatas batu karang, dan nampak begitu mirip dengan jejak manusia. Sungguh luar biasa misteri yang terkandung didalamnya, meskipun legenda tersebut masih belum bisa dipastikan kebenarannya, situs ini memang menjadi salah satu bukti bahwa cerita yang secara turun temurun sudah ada sejak dulu ini benar adanya. Situs Tapak Tuan Tapa ini memang telah beberapa kali mengalami pemugaran sehingga tak lagi terlihat alami. Permukaannya telah dilapisi oleh semen, namun bentuk asli dari situs tersebut sama sekali tak dirubah. Dari sini wisatawan juga bisa merasakan hembusan angin laut yang kencang khas dari Samudra Hindia. Tak jauh dari Tapak Tuan Tapa ini juga terdapat batu yang berbentuk kopiah, yang dipercaya dulunya merupakan kopiah milik Tuan Tapa yang berubah menjadi batu. Selain itu juga terdapat batu berbentuk tongkat, sayangnya batu tersebut letaknya ditengah laut sehingga wisatawan tak bisa melihatnya secara dekat. Setelah puas menikmati situs Tapak Tuan Tapa, wisatawan bisa bertolak ke Makam Tuan Tapa yang lokasinya tak jauh. Hanya dengan berjalan sekitar 10 menit di depan Masjid Tuo, wisatawan bisa menemukan makam dari sang pertapa yang memiliki kesaktian tinggi tersebut. Makam ini juga tak pernah sepi dari peziarah. Fasilitas Tapak Tuan Tapa Fasilitas yang terdapat di lokasi wisata Tapak Tuan Tapa ini bisa dikatakan cukup lengkap, terdapat area parkir yang cukup luas dan juga toilet umum. Selain itu, juga terdapat mushola dan masjid disekitar lokasi yang bisa digunakan wisatawan muslim untuk beribadah. Tempat wisata ini juga telah dilengkapi dengan pagar pembatas sehingga wisatawan lebih merasa aman untuk melihat situs yang telah melegenda tersebut. Jika perut telah keroncongan, wisatawan bisa mencicipi beberapa kuliner diwarung-warung sekitar lokasi. Terdapat pula kedai-kedai yang menjajakan kopi khas Aceh. Baca Juga Pantai Pasir Setumpuk, Surga Kecil di Balik Perbukitan Aceh Selatan Disekitar tempat wisata ini juga tersedia tempat-tempat duduk sederhana yang terbuat dari kayu. Tempat duduk ini menghadap kelaut sehingga wisatawan bisa menikmati keindahan hamparan lautan secara langsung. Wisatawan juga bisa menginap dengan menyewa hotel atau penginapan disekitar lokasi wisata. Berwisata di Tapak Tuan Tapa memang memberikan pengalaman tersendiri, berikut kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan wisatawan ketika berada di lokasi. Melihat Jejak Kaki Raksasa Situs Tapak Tuan Tapa memang memiliki daya tarik tersendiri yang membuat orang akan penasaran ketika mendengar ada sebuah jejak kaki raksasa. Disini kamu bisa melihat jejak tersebut dengan jelas, dan sangat nyata. Entah jejak tersebut terjadi karena adanya proses alam atau legenda dari Tuan Tapa itu benar adanya, tempat wisata memang masih menyimpan misteri. Selain melihat jejak kaki raksasa, kamu juga bisa menikmati keindahan yang masih terasa alami di kaki Gunung Lampo tersebut. Letaknya yang berada tepat ditepi samudra, juga menjadi nilai tambah tersendiri. Kamu bisa melihat situs melegenda tersebut, sembari menikmati hembusan angin laut dan gemuruh ombak yang menerpa karang. Hunting Foto Ketika berada pada Situs Tapak Tuan Tapa jangan lupa untuk mengabadikan momen tersebut dengan berfoto. Kamu bisa berfoto di sebelah jejak raksasa tersebut atau juga bisa di atas bangunan yang dikhususkan untuk wisatawan. Tetap berhati-hatilah ketika berpose didepan kamera, karena tak jarang gelombang besar samudra akan naik hingga ke bebatuan karang. Bawalah kamera yang bagus agar fotomu lebih maksimal, tentunya akan sangat menarik jika kamu bepose dengan latar belakang jejak kaki raksasa dan panorama lautan dengan ombaknya yang ganas. Kamu juga bisa bernarsis ria di atas bebatuan karang disekitar jejak tersebut, namun biasanya kamu harus mengantri karena banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Situs Tapak Tuan Tapa ini. Baca Juga 250 Tempat Wisata di Aceh Paling Menarik dan Wajib Dikunjungi Peta Lokasi Tapak Tuan Tapa Tips Berwisata di Tapak Tuan Tapa Berhati-hatilah ketika berjalan diatas bebatuan karena sangat licin. Dilarang berkata tak sopan, dan jaga selalu perilaku ketika berada di tempat ini. Dilarang berkunjung pada malam hari. Dilarang turun melewati bebatuan karang ketika tengah hujan. Selalu taati peraturan yang ada di situs Tapak Tuan Tapa. Jangan membuang sampah sembarang di tempat wisata tersebut. Wisatawan dilarang turun, jika air laut tengah pasang. Galeri Foto Tapak Tuan TapaSelamat Datang di Tapak Tuan TapaPotret Tapak Tuan Tapa, Jejak Kaki Manusia RaksasaPotret Area Tapak Tuan Tapa dari UdaraSpot Foto Diatas Bebatuan KarangPotret Para Pengunjung di Tapak Tuan Tapa Wisata Tapak bekas tapak manusia dari Tuan Tapa. Foto Dok. semesta menyimpan banyak misteri yang tak hanya membuat manusia bertanya-tanya tetapi juga takjub akan keberadaanya. Seperti halnya keberadaan telapak kaki raksasa yang tercetak di sebuah batu karang di Kabupaten Aceh Selatan ini. Bernama Tapak Tuan Tapa, tempat wisata unik satu ini terkenal dengan legendanya yang tak biasa. Unik!Wisata alam Tapak Tuan begitu melegenda dan dianggap mistis oleh masyarakat setempat. Tapak Tuan berasal dari dua suku kata 'Tapak' dan 'Tuan'. Penamaan itu tidak terlepas dari legenda Tuan Tapa dan keberadaan tapak kaki raksasa di sana. Legenda ini menjadi cerita rakyat turun-temurun dan dipercaya hingga saat Tuan Tapa dan Pertempuran Melawan NagaDikutip dari misteri telapak kaki raksasa ini konon berawal dari legenda seorang petapa sakti bertubuh raksasa bernama Syekh Tuan menghabiskan seluruh waktunya untuk beribadah menyembah Tuhannya, selalu berdzikir, dan terus mengingat nama Sang Pencipta, baik saat matanya terbuka ataupun keadaan tak sadar pun hatinya selalu dipenuhi dengan cintanya kepada Sang Maha Pencipta. Hal itu, ditujukan dengan waktunya yang setiap harinya dihabiskan untuk bertapa di sebuah gua di Aceh ketekunan hati dan kesungguhannya dalam mengeja dan senantiasa mengagungkan nama Tuhannya itu, Tuan Tapa sering diberikan ilham tentang berbagai hal gaib yang tak banyak diketahui manusia cerita, saat tengah bersemedi, Syekh Tuan Tapa terusik oleh pertempuran seorang raja dari Kerajaan Asralanoka asal Samudra Hindia yang hendak mengambil anaknya yang dari dua Tuan Tapa lalu keluar dari gua untuk membantu sang raja yang tengah kesusahan di tengah lautan. Bahkan, jejak kakinya saat melompat tersisa di situs tersebut. Cikal Bakal Masyarakat Tapak TuanSetelah pertempuran sengit itu dua naga tewas di tangan Syekh Tuan Tapa yang bersenjatakan tongkat kayu, dan sang raja bisa kembali mendapatkan Sang Putri telah kembali ke pelukan raja dan permaisuri, namun keduanya tidak kembali lagi ke kerajaan dan memilih menetap di Aceh. Keluarga kerajaan itu lalu bermukim di dekat gua Syekh Tuan Tapa, yang kemudian menjadi cikal bakal pemukiman Tapak lama berselang setelah kejadian itu, Syekh Tuan Tapa juga menghilang secara tiba-tiba. Selain tapak raksasa, tak jauh dari sana juga terdapat batu di tengah laut yang diyakini sebagai kopiah Tuan Tapa yang kini sudah menjadi Tarik Wisata Tapak Tuan TapaSelain jejak kaki raksasa, di sini kamu juga bisa menikmati panorama lautan lepas dan juga keindahan Gunung angin laut dan gemuruh ombak yang menerpa karang seakan menambah syahdu tempat wisata daya tarik yang dimiliki, tak heran tempat wisata ini sangat ramai dikunjungi para wisatawan lokal maupun asing. Tak sedikit dari mereka yang ingin melihat dan berfoto langsung dengan jejak kaki raksasa sekitar 5 km dari tapak raksasa, kamu juga bisa menemukan karang berbentuk hati di Desa Batu Itam dan sisik naga di Desa Batu Merah. Menurut cerita, karang tersebut merupakan bekas potongan tubuh naga jantan yang kalah ada juga karang berbentuk layar kapal di Pantai Batu Berlayar, Desa Damar Tutong, Kecamatan Samadua, Aceh Selatan, yang terletak sekitar 20 km dari tapak kaki raksasa. Konon karang itu sisa kapal raja dan permaisuri Kerajaan Asralanoka yang hancur ketika itu, ada pula makam raksasa dengan lebar 2 meter dan panjang 15 meter di Masjid Tuo, Kelurahan Padang, Tapak Tuan, yang letaknya sekitar 1 km dari tapak kaki raksasa. Makam tersebut diyakini sebagai Makam Tuan wisata tapak sendiri juga memiliki mitos, yaitu peraturan yang harus anda patuhi saat berkunjung ke sana. Peraturannya sederhana, yaitu tidak boleh terlalu girang, takabur, berkata kotor, dan melakukan perbuatan yang tidak melanggar maka siap-siap ombak akan menyeret dan menenggelamkan. Terlepas dari hal tersebut, Tapak Tuan Tapa di Aceh menjadi salah satu tempat wisata menarik yang ada di menurutmu? Tertarik berkunjung ke sini? Aceh memiliki beragam cerita rakyat atau legenda yang menarik untuk kamu baca. Salah satu yang seru dan berkesan adalah legenda Tuan Tapa dan Putri Naga. Sudah pernah membacanya? Kalau belum, simak artikel ini, yuk! Indonesia adalah negara luas yang terdiri dari berbagai daerah dengan kisah legendanya masing-masing. Di Aceh, ada legenda yang cukup populer, yaitu Tuan Tapa dan Putri singkat, dongeng ini mengisahkan tentang kesaktian seorang pria yang dikenal dengan nama Tuan Tapa dan sepasang naga. Sepasang naga itu sempat meminta bantuan kepada Tuan bantuan apakah yang mereka minta? Untuk mengetahui kelanjutan ceritanya, kamu langsung saja baca artikel yang mengulik tentang legenda Tuan Tapa dan Putri Naga ini. Selain kisahnya, ada pula unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Selamat membaca! Pada zaman dahulu, hiduplah seorang laki-laki berbadan sangatlah besar, yakni sekitar 7 meter. Karena berbadan besar, banyak orang yang takut padanya. Maka dari itu, ia menghabiskan seluruh waktunya untuk bertapa dalam sebuah gua di Aceh Selatan. Karena itulah pria tersebut disebut Tuan Tapa. Setiap hari ia beribadah, berdzikir, dan terus mengingat nama Allah Swt.. Pada dasarnya, ia memang bukanlah orang jahat. Hanya karena badannya yang raksasa saja, orang-orang menakutinya. Pada suatu hari, ada sepasang naga yang teramat besar dan menakutkan datang menghampiri Tuan Tapa. Meski tampak mengerikan, mereka tunduk kepada lelaki yang sedang bertapa itu. “Tuan, kedatangan kami kemari adalah untuk memohon tempat tinggal dan menetap,” ujar sang naga jantan. “Kau boleh tinggal di gunung sebelah timur. Tapi ada syaratnya. Kau tak boleh menampakkan diri di hadapan manusia. Sebab, mereka akan takut kepadamu,” ujar Tuan Tapa. Kedua naga itu langsung menyetujui syarat tersebut. Dengan bergegas dan senang hati, mereka lalu tinggal dan menetap di gunung, Setiap hari, mereka berburu makanan di laut lepas. Menemukan Bayi Saat sedang menyusuri lautan luas, tiba-tiba naga jantan berhenti. Ia melihat sebuah titik hitam dari kejauhan. Titik hitam itu menarik perhatiannya. Ia lalu mendekati titik hitam tersebut yang ternyata adalah perahu mengapung. Dalam perahu itu, terdapat bayi mungil yang menangis dengan kencangnya. Sang naga merasa iba, ia lalu memungut bayi itu dan membawanya pulang ke gunung. Karena tak punya anak, naga betina merasa sangat bahagia dengan kedatangan si bayi mungil itu. Kemudian, mereka memberi nama bayi tersebut Putri Naga. Meski hanyalah seekor naga, mereka merawat Putri Naga dengan sangat baik selayaknya anak sendiri. Hingga akhirnya, putri itu telah tumbuh dewasa. Putri Naga sebenarnya merasa bahagia. Ia juga menyayangi sepasang naga yang telah merawatnya itu. Akan tetapi, lambat laun, ia penasaran dengan jati dirinya, siapa ia sebenarnya, dan siapa orang tua aslinya. “Aku sungguh penasaran dengan siapa orang tuaku yang sebenarnya. Tapi, kalau ayah ibu yang merawatku tahu, mereka pasti sangat kecewa,” ujar sang putri dalam hati. Setelah beberapa saat berpikir, akhirnya putri cantik ini memutuskan untuk kabur dari rumahnya di gunung. Ia ingin berlayar ke lautan dan pergi untuk mencari kedua orang tua aslinya. Baca juga Kisah Legenda Dara Muning Asal Kalimantan Barat dan Ulasannya, Kisah Cinta Sedarah yang Membawa Petaka Perjalanan Mencari Orang Tua Pada suatu pagi yang buta, ketika kedua Naga sedang tidur, sang putri pun pergi ke tepi lautan. Ia berencana menaiki perahu yang hendak berlayar. Lalu, ia berhasil menaiki perahu yang hendak menyeberangi lautan. Sebenarnya, ia tak tega meninggalkan orang tua asuhnya. Di sisi lain, ia juga sangat ingin bertemu dengan orang tua kandungnya. Sepanjang perjalanan, ia pun duduk termenung. Lalu, salah satu nelayan yang berada di kapal itu mengajaknya berbicara. “Wahai kau perempuan cantik, dari mana asalmu? Ke mana kau hendak pergi?” kata nelayan itu. Putri Naga tak ingin mengakui bahwa dirinya adalah anak naga. Ia pun berbohong kepada nelayan, “Namaku Putri Bungsu, Tuan. Aku kehilangan orang tuaku. Sekarang aku hendak mencari mereka,” ucap sang putri. “Benarkah begitu? Sungguh sial sekali nasibmu, Nak. Sudah berapa lama kamu kehilangan orang tuamu? Mereka pasti sangat cemas padamu,” jawab nelayan itu. “Aku pun juga tak paham, Tuan. Sedari kecil, aku hidup sendiri di gunung itu. Beruntung aku bisa bertahan hidup,” jawabnya berbohong. Naga yang Murka Saat matahari telah terbit, sang naga betina pun terbangun dari tidur lelapnya. Ia terkejut karena anaknya menghilang. Ia pun kebingungan dan mencari-cari anaknya di sekitar gunung. Namun, ia tak dapat menemukannya. “Suamiku, apa yang terjadi dengan anak kita? Ke mana ia pergi? Aku sudah mencari-carinya ke sana kemari tapi tak kunjung ketemu,” ucap naga betina sambil menangis. Ia khawatir terjadi sesuatu pada anaknya. “Tenanglah istriku, aku akan mencarinya ke lautan lepas. Barangkali, anak kita berada di sana,” ucap naga jantan. “Aku ikut, suamiku. Aku tak bisa tenang saja. Putriku harus bisa kutemukan,” ucap sang Naga Betina. Mereka lalu menyusuri lautan luas. Naga Jantan melihat ada titik hitam yang mungkin adalah sebuah perahu. “Istriku, nampaknya di bawah sana ada perahu. Aku akan melihatnya. Barangkali ada anak kita,” ucap Naga Jantan. Ia lalu mendekati perahu itu. Benar saja, mereka mendapati putrinya sedang duduk di atas perahu. Naga itu sangat marah. Ia mengira manusia telah mencuri anaknya. Mengetahui ada seekor naga mendekat, para penumpang perahu itu pun panik. Mereka berteriak ketakutan. Putri Naga mencoba menghentikan amukan ayahnya. “Hentikan, Ayah! Jangan sakiti para manusia tak bersalah ini,” Akan tetapi, Naga Jantan tak memedulikan perkataan anaknya. Ia tetap menyerang perahu yang sedang berlayar itu sehingga menyebabkan orang-orang tak berhenti berteriak. Tuan Tapa mendengar teriak ketakutan orang-orang yang berada di perahu itu. Dengan sigap, ia menuju ke sumber suara. Ia lalu menyaksikan Naga Jantan mengitari perahu. Wajahnya tampak sangat marah. Terjadi Perseteruan Kemudian, Tuan Tapa keluar dari gua. Ia memiliki kesaktian yang mandraguna. Dengan tongkatnya yang juga besar, ia menghampiri sang naga. “Hai, kau Naga Jantan! Kenapa kau menakuti para manusia itu?” tanya Tuan Tapa. Naga Jantan tak memedulikan orang sakti itu. Ia teramat marah karena mengira orang-orang telah menculik anaknya. Lalu, Tuan Tapa pun berteriak, “Kau tak mendengarku? Kau lupa atas janjimu untuk tak mengganggu manusia?”. Setelah mendengarnya, sang naga pun terdiam. Ia lalu berkata pada pria sakti itu kalau anaknya telah diculik oleh orang-orang yang ada di perahu. Naga Jantan tak terima dan sangat marah. Dari perahu, Putri Naga berteriak, “Mereka tak menculikku. Aku yang ingin melarikan diri dari para naga ini. Sungguh, aku tak ingin menyakiti hati mereka. Tapi, aku juga ingin bertemu dengan ayah ibu yang telah melahirkanku.” ucap Putri Naga. Mendengar perkataan anaknya, sang Naga semakin marah. “Jika dulu aku tak memungutmu, kau sudah mati sekarang. Dasar manusia licik!” teriak sang Naga. Ia lalu hendak menyemburkan api. Namun, Tuan Tapa menangkis kobaran api itu dengan tongkat saktinya. Naga dan Tuan Tapa pun bertarung. Mereka sama-sama kuat dan sakti. Naga Jantan menyerang Tuan Tapa dengan ekornya yang panjang dan besar sehingga pria itu terbanting jatuh. Tak berhenti sampai di situ saja, ia juga terus-terusan mengeluarkan api dari mulutnya, Namun, dengan kesaktiannya, Tuan Tapa selalu berhasil menghindar. Setelah itu, ia mengumpulkan seluruh kekuatannya dan menyerang Naga Jantan dengan tongkatnya. Seketika itu pula seekor hewan yang nampak menyeramkan itu terpelanting ke udara dan jatuh berkeping-keping di pantai. Darah hewan itu tercecer di mana-mana. Identitas yang Sebenarnya Mengetahui suaminya telah binasa, Naga Betina tak diam saja. Ia lalu menyerang Tuan Tapa dengan penuh amarah. Kali ini, Tuan Tapa tak terlalu sulit melawan. Sebab, kekuatan sang Naga tersebut tak sehebat suaminya. Sebelum terkalahkan, Naga Betina pun melarikan diri dari serangan. Dalam pelariannya, ia membelah sebuah pulau menjadi dua. Tak hanya itu, ia juga memporakporandakan memecah lautan luas itu menjadi beberapa pulau kecil. Setelah perserteruan sengit, Tuan Tapa lalu menyelamatkan Putri Naga. Ia mengajak putri itu ke tempat yang aman. Dengan sisa-sisa kekuatannya, Tuan Tapa menuju ke gua tempatnya bertapa. “Terima kasih, Tuan, telah menyelamatkanku. Aku berhutang banyak padamu,” ucap Putri Naga. “Sama-sama, Nak. Sebenarnya para naga itu sudah berjanji padaku untuk tak menampakkan diri di hadapan para manusia. Namun, mereka ingkar janji,” jawab Tuan Tapa yang tubuhnya semakin lemah. “Tuan, tahukah engkau siapa sebenarnya aku ini? Siapa orang tuaku? Dari mana asalku?” tanya Putri Naga penasaran. “Aku tahu siapa dirimu, Nak. Sebenarnya, engkau adalah putri bungsu dari seorang raja. Kau terpisah dari orang tuamu saat badai menghantam perahu kalian. Lalu, kedua naga itu menyelamatkanmu,” ucap pria sakti bertubuh besar itu. “Lantas, apakah orang tuaku selamat dari badai itu, Tuan? Jika masih, ke mana aku bisa menemukan mereka?” tanya tuan putri. “Mereka masih hidup, Nak. Kau harus pergi ke tenggara dan carilah Kerajaan Asralanoka. Di sana, kamu kan menemukan orang tuamu. Aku yakin mereka selama ini juga mencarimu,” ucap Tuan Tapa. Kerajaan Asralanoka Setelah mendengarkan cerita Tuan Tapa, Putri Naga pun bergegas pergi ke Kerajaan Asralanoka. Ia menyeberangi lautan dan berjalan ribuan km. Beberapa hari berkelana, sampailah ia pada Kerjaan Asralanoka. Dengan cepat, sang ibu mengenali wajah anak bungsunya yang telah tumbuh dewasa. Ia menangis tersedu, tak menyangka bila anaknya masih hidup. “Kau selamat dari badai anakku? Lantas, bagaimana kau bisa tumbuh dengan baik seperti ini?” tanya sang ibu. Kemudian, putri cantik itu berkata bila selama belasan tahun ia mendapatkan kasih sayang dan perawatan yang teramat baik dari sepasang naga. Ia sebenarnya sangat menyayangi kedua orang tua angkatnya. Namun, ia juga perlu menemukan jati dirinya sebagai manusia. Tak hanya itu, Putri Naga juga bercerita tentang Tuan Tapa. “Aku bisa sampai sini berkat kebaikan pria sakti yang tinggal di gua, Bu. Aku sangat berterima kasih padanya karena telah menolongku dari para Naga,” ucap sang putri. Mendengar cerita itu, ayah dan ibu Putri Naga memutuskan untuk menemui Tuan Tapa buat mengucapkan terima kasih. Akan tetapi, Tuan Tapa telah tiada. Ia meninggal tepat setelah melawan para Naga. Ia kehabisan tenaga dan tak sanggup lagi bertahan hidup. Untung mengenang jasanya, raja lalu meminta para utusannya untuk menguburkan jasad Tuan Tapa di dekat Gunung Lampu, Padang. Ia juga mengunjungi gunung yang jadi tempat tinggal anaknya dahulu. Ia meninggalkan bunga sebagai tanda terimakasih pada Naga yang telah menjaga anaknya dengan baik. Baca juga Kisah Sabai Nan Aluih dan Ulasan Menariknya, Sang Perempuan Pemberani dari Padang Tarok Unsur Intrinsik Setelah membaca legenda Tuan Tapak dan Putri Naga ini, kamu mungkin penasaran dengan unsur intrinsiknya. Benar begitu, kan? Jika iya, langsung saja simak ulasan singkatnya berikut ini; 1. Tema Tema cerita Legenda Tuan Tapak dan Putri Naga adalah tentang naga yang merawat seorang putri manusia. Meski pasangan naga itu merawatnya dengan baik, pada akhirnya mereka tak terima bila sang anak mencari orang tua kandungnya. 2. Tokoh dan Perwatakan Ada beberapa tokoh utama dalam legenda ini, seperti Tuan Tapa, Putri Naga, dan sepasang naga. Tuan Tapa memiliki watak yang baik hati, suka menolong, taat pada Allah Swt., dan memiliki kesaktian yang luar biasa. Putri Naga sendiri memiliki sifat yang ceria dan parasnya sangatlah cantik. Sebenarnya, ia adalah anak yang berbakti pada orang tua. Namun, ia terpaksa meninggalkan kedua orang tua yang telah mengasuhnya karena ingin bertemu dengan sosok yang telah melahirkannya. Sementara itu, Naga Jantan dan Naga Betina merupakan tokoh yang awalnya baik dan penuh kasih sayang. Namun, mereka tak bisa mengontrol amarah dan mengingkari janji mereka untuk tak menyakiti manusia. 3. Latar Legenda Tuan Tapa dan Putri Naga menggunakan beberapa latar tempat. Beberapa di antaranya adalah lautan lepas tempat Naga Jantan menemukan bayi, gunung tempat tinggal mereka, gua, dan Kerajaan Asralanoka. 4. Alur Cerita Legenda Tuan Tapa dan Putri Naga Kalau menyimak cerita legenda Tuan Tapa dan Putri Naga dengan seksama, kamu mungkin sudah bisa menebak jika alurnya adalah maju. Cerita berawal dari Naga Jantan yang menemukan seorang bayi kecil yang mengapung di atas lautan lepas. Ia dan istrinya lalu merawat bayi itu layaknya anak sendiri. Namun, sang anak merasa kehilangan jati dirinya. Kemudian, ia melarikan diri dari para naga dan mencoba mencari orang tua kandungnya. Mengetahui anaknya tak berada di samping mereka, kedua naga itu marah karena mengira ada orang yang hendak menculik sang putri kesayangan. Beruntung, Tuan Tapa menolong sang putri yang sedang berada di sebuah perahu. Setelah itu, terjadi perseteruan sengit antara Tuan Tapa dan Naga. Pada akhirnya, perseteruan berakhir dengan kemenangan sang pria sakti. Putri Naga pun berhasil menemukan orang tua kandungnya. 5. Pesan Moral Dalam legenda Tuan Tapa dan Putri Naga, salah satu pesan moral yang bisa kamu petik adalah jangan ingkar janji. Padahal, para naga sudah berjanji untuk tak menampakkan diri di hadapan manusia, tapi mereka mengingkarinya. Selain itu, ikhlaskanlah apa yang seharusnya tak jadi milikmu. Sepasang Naga dalam kisah ini harusnya bisa merelakan anak yang mereka rawat selama ini. Bagaimana pun juga, putri mereka adalah manusia yang berhak mengetahui siapa orang tua kandungnya. Seandainya kedua naga itu mengizinkan sang anak menemui orang tua kandungnya, mereka mungkin tak berakhir tragis. Sayangnya, mereka terlalu egois dan mudah marah. Selain unsur intrinsik, kamu juga jangan lupakan mengenai unsur-unsur ekstrinsik dari legenda Tuan Tapak dan Putri Naga. Unsur ekstrinsik itu biasanya berkaitan dengan latar belakang penulis, masyarakat, dan nilai-nilai yang sudah dipegang teguh. Baca juga Legenda Putra Lokan Asal Riau dan Ulasannya, Kisah tentang Seorang Pangeran Tampan yang Dibuang Fakta Menarik Legenda Tuan Tapa dan Putri Naga memiliki beberapa fakta menarik yang wajib kamu ketahui. Apa sajakah itu? Kalau penasaran, langsung saja simak ulasan berikut ini; 1. Menjadi Tempat Wisata Sumber Metro Pekanbaru Sebelum bertarung dengan para Naga, Tuan Tapa memijakkan kakinya pada sebuah kaki gunung di tepi laut. Pijakkan kaki itu ternyata tak menghilang dan menjadi tempat yang manarik para wisatawan untuk berkunjung. Jika ingin berkunjung, lokasi wisata ini berada di kaki Gunung Lampu, Tapaktuan, Aceh Selatan. Tapak kaki bekas pijakan Tuan Tapa tersebut berukuran cukup besar. Kamu juga bisa melihat keindahan laut ketika berkunjung di tempat wisata ini. Selain jejak kakinya, konon kopiah dan tongkat Tuan Tapa yang menjadi batu karang juga menjadi tempat wisata yang menarik. Kopiah dan tongkat itu berjarak sekitar lima kilometer dari lokasi tapak. Makam orang sakti ini juga ramai pengunjung. 2. Memiliki Beragam Versi Cerita Cerita rakyat Aceh yang singkat ini memiliki beragam versi kisah. Selain dalam artikel ini, ada pula versi yang menceritakan bila Putri Naga tidak melarikan diri. Melainkan, orang tuanya yang mencari dan menemukannya. Mereka lalu membawa pulang anaknya ke kerajaan. Putri Naga sempat menolak untuk pulang karena sangat menyayangi orang tua asuhnya. Namun, raja dan ratu memaksa dan menculiknya. Oleh sebab itu, kedua naga yang merawatnya selama ini merasa murka. Lalu, sempat terjadi pertempuran antara raja dan Naga Jantan. Karena bantuan Tuan Tapa, raja berhasil memenangkan pertarungan dan berhasil membawa pulang Putri Naga. Ada pula kisah yang menyebutkan bahwa Naga Betina tak berhasil kabur. Tuan Tapa berhasil membunuhnya dengan tongkat sakti. Tubuh naga itu lalu tersungkur dan memisahkan lautan bebas menjadi beberapa pulau. Baca juga Cerita Rakyat Batu Ajuang Batu Peti dan Ulasan Menariknya, Kebohongan yang Membuat Kapal Berubah Menjadi Batu Sudah Puas dengan Legenda Tuan Tapa dan Putri Naga Ini? Demikianlah artikel yang membahas tentang legenda Tuan Tapa dan Putri Naga serta ulasan lengkapnya. Ceritanya cukup menarik, kan? Apakah kamu sudah cukup puas dengan kisah yang kami jabarkan? Jika sudah, jangan ragu untuk membagikan kisahnya pada si kecil. Kalau kamu masih butuh kisah lainnya, telusuri saja kanal Ruang Pena pada Ada kisah tentang Pangeran Sarif, Nabi Musa, Abu Nawas, dan masih banyak lagi. Selamat membaca! PenulisRinta NarizaRinta Nariza, lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, tapi kurang berbakat menjadi seorang guru. Baginya, menulis bukan sekadar hobi tapi upaya untuk melawan lupa. Penikmat film horor dan drama Asia, serta suka mengaitkan sifat orang dengan zodiaknya. EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri. Alkisah, di zaman dahulu kala, di Aceh Selatan hidup sepasang naga. Sepasang naga ini, memiliki anak perempuan yang di sebut Putri Bungsu. Putri ini cantik jelita. Putri nan rupawan ini, menurut cerita, di dapat dari laut lepas di saat selesai badai dahsyat yang menenggelamkan sebuah kapal dari daratan China. Konon, pada saat itu, sepasang naga tersebut sedang menyusuri lautan yang bergelombang. Mereka mendengar suara tangis bayi. Si Naga jantan tiba - tiba berhenti, tertegun memperhatikan sebuah titik hitam di tengah laut. Titik hitam itu menarik perhatiannya. Lamat - lamat, titik hitam itu kian mendekat ke arah sang naga di sebabkan oleh arus gelombang laut. Pasangan naga terus memperhatikan titik hitam itu. Suara tangis itu semakin lama semakin keras & jelas. Sepasang naga itupun berenang mendekati titik hitam tersebut di tengah lautan. Ketika titik hitam itu semakin mendekat, sang naga melihat adanya kayu pecahan dari sebuah kapal & di antara kayu tersebut terdapat seorang bayi mungil tersangkut di atas kayu yang mengapung. Sang Naga terkejut bukan kepalang. Titik hitam itu adalah benar sesosok bayi manusia yang menangis keras, di ombang - ambingkan gelombang di dalam sebuah ayunan yang terbuat dari anyaman rotan. Anehnya, ayunan rotan itu tidak kemasukan mungil ini terapung di permainkan ombak hingga akhirnya sepasang naga itu menolong & mengasuhnya di sarang mereka. Karena sepasang naga tersebut tidak mempunyai keturunan, lalu bayi mungil itu mereka jadikan sebagai anak pungut & di beri nama Putri Bungsu / lebih di kenal dengan nama Putri naga itu sangat senang mendapatkan putri berbentuk manusia. Dengan suka cita, sepasang naga tersebut mengasuh & merawat si putri. Sementara itu, setelah selamat & menepi ke darat, orangtua kandung si putri begitu sedih kehilangan buah hatinya setelah perahu mereka kandas di hempas badai dahsyat. Mereka berpikir bahwa anak perempuan kesayangan mereka sudah hilang tenggelam dalam laut, sehingga dengan perasaan pilu merekapun kembali ke negeri asal dengan menumpang kapal dagang - 2 naga itu sangat menyayangi putri pungut mereka. Bahkan, naga betina selalu memeluk putri kecil itu dalam cengkeramnya agar tidak hilang. Layaknya anak - anak, Putri Bungsu setelah sadar dari pingsannya, ketakutan & menangis sejadi - jadinya begitu melihat sosok naga yang menyeramkan. Walaupun sedih, sepasang naga tersebut berupaya agar Putri Bungsu tidak merasa sangat memanjakan sang putri. Saking sayangnya pada Putri Bungsu, naga jantan menciptakan tempat bermain nan indah di gunung itu. Semua buah & minuman tersedia di sana. Mulai dari tempat pemandian si putri hingga tempat – tempat lainnya di penuhi agar Putri Bungsu suka & tidak pergi dari mereka. Semua itu di lakukan agar Putri Bungsu betah tinggal bersama hari ke hari, bayi itu terus tumbuh normal dan sehat sebagaimana bayi manusia lainnya. Pada suatu hari, ke - 2 naga itu membawa putri kesayangan mereka pergi berjalan - jalan menikmati pemandangan daerah teluk yang indah putri di naikkan ke punggung naga jantan yang telah siap mengarungi kawasan pantai teluk. Naga betina berenang mengiringi dari belakang. Sang naga betina itu sangat cemas jika putri cantik rupawan itu terjatuh dari punggung naga & - diam sang putri melontarkan rasa kekagumannya. Ia senang melihat keindahan alam pantai teluk yang masih asri. Demikianlah keadaan sang putri, ia terhibur selalu dengan sikap kedua naga terus bergulir, Putri Bungsu pun merangkak remaja. Dia menetap bersama naga di sebuah gua yang dalam. Ke - 2 ekor naga tersebut sangat memuji akan kecantikan Putri Bungsu. Ke - 2 pipinya berlesung pipit. Rambutnya panjang hitam legam & sedikit ikal. Kulitnya kuning langsat, mulus & licin tanpa tandingan. Matanya sedikit sipit serta pembawaannya yang anggun membuat sepasang naga makin sayang kepada Putri Bungsu. Suatu hari, sang Putri Bungsu secara tak sengaja mendengar obrolan sepasang naga. Dari luar gua dia terus menyimak percakapan itu. Dia tersentak. Sadar, bahwa dirinya bukan keturunan naga. Dia memiliki orangtua yang juga berasal dari bangsa pada suatu hari, Putri Bungsu bertekad untuk segera meninggalkan kediaman orangtua asuhnya tersebut. Niat untuk melarikan diri ini pun di rancang dengan matang sehingga ke - 2 naga yang cerdas itu tidak mengetahui. Hari demi hari terus berlalu, Putri Bungsu yang jelita semakin patuh pada aturan sang naga. Hal ini membuat sepasang naga yakin & percaya bahwa si putri tidak akan meninggalkan mereka. Oleh karena itu, sering terlihat sepasang naga pergi mengarungi lautan & meninggalkan Putri Bungsu sendiri di gua kediaman mereka. Gunung ini memang tepat berada di depan Bungsu bukanlah gadis yang bodoh. Walaupun sering di tinggalkan sendiri sehingga peluang untuk pergi terbuka, tapi demi menjaga kepercayaan sang naga kepadanya, dia membiarkan keadaan tersebut berlangsung. Bahkan, pada suatu hari ada terlihat sebuah kapal yang melaju agak dekat dengan kediamannya. Dalam hatinya merasa sangat gembira manakala terlihat olehnya manusia yang berpakaian rapi berdiri di anjungan kapal. Saat itu dengan berani, Putri Bungsu mulai sering menampakkan diri di pinggir gua agar kehadirannya di situ menjadi perhatian setiap kapal yang lewat. Kakinya di seret ke atas sebuah bukit kecil yang dekat dengan laut agar dia bisa melihat perahu yang pada suatu ketika, sepasang naga berpamitan untuk pergi agak lama sehingga harus meninggalkan sang putri sendirian di gua. Putri Bungsu sangat girang karena dalam kurun waktu tersebut, rencana untuk melarikan diri akan terlaksana. Begitulah, setelah puluhan kilometer naga berlalu, ada sebuah kapal berlayar & kebetulan sudah menyaksikan keelokan sang putri. Dia melambaikan tangan. Awak perahu ada yang menyapanya. Nakhkoda kapal pun segera bersandar di dekat pulau itu kemudian membawa Putri Bungsu berlayar. Biasanya, setiap kapal tidak berani dekat - dekat dengan pulau tersebut karena sering bertiup angin kencang & sering membuat awak kapal sangat kerepotan menjaga kapal agar tidak tenggelam. Hal ini di sebabkan oleh ulah ke - 2 naga itu yang tidak ingin tempat mereka di dekati. Namun hari itu hari keberuntungan Putri sang putri berlayar, di tempat lainnya, naga betina merasa hatinya tidak nyaman sehingga memutuskan untuk kembali ke kediaman mereka. Namun betapa bingungnya ke - 2 naga itu karena keberadaan putri bungsu tidak terlihat. Seluruh sudut pulau itu mereka susuri namun Putri Bungsu sudah hilang. Naga betina sangat sedih sementara itu naga jantan di putuskan untuk mencari Putri Bungsu di lautan lepas. Sasaran mereka adalah kapal yang lewat. Kebetulan di lautan terlihat sebuah titik hitam yang melaju dekat dengan sebuah pulau besar. Dalam benaknya, naga berujar, ' Pasti perahu itu yang melarikan putriku '. Dia mengejar perahu yang berjalan sangat pelan mengintai, mereka melihat Putri Bungsu berada di sana. Ke - 2 naga sangat marah, mengira putri mereka di culik manusia sehingga kapal & seluruh penumpang menjadi terancam. Dengan ketakutan, seluruh penumpang kapal berteriak. Angin membawa teriakan mereka pada sebuah gua yang bernama Gua Kalam. Di dalamnya terdapat seorang tua yang sedang bertapa. Orangtua ini di sebut dengan Tuan Tapa. Ia bertubuh besar & tinggi kurang lebih 7m. Tuan tapa yang mendengar jeritan & teriakan ketakutan merasa tidak tentram. Seakan dia sadar akan ada bencana besar di bumi. Lalu, Tuan Tapa mengambil tongkatnya & keluar dari gua. Dengan kesaktiannya, Tuan Tapa melihat dengan jelas di tengah lautan terjadi perkelahian antara sepasang naga dengan penumpang di daerah Tapaktuan hanya sebatas pinggangnya. Setelah itu dengan pesat, Tuan Tapa menengahi perkelahian yang tidak seimbang itu. Namun sepasang naga yang sudah kalap berbalik menyerang Tuan Tapa. Karena terjadi gelombang besar akibat gerakan sepasang naga itu, kapal pun terlempar jauh. Perkelahian antara sepasang naga dengan Tuan Tapa berlangsung seru. Bertubi – tubi ke - 2 naga menyemburkan api dari mulutnya sementara ekor & cakar mereka tidak ketinggalan menyerang. Begitulah, berkat kesaktian dari Tuan Tapa, semua serangan sepasang naga berhasil di perkelahian itu, pulau besar yang berada di tengah laut pun hancur & terpisah menjadi 99 buah yang selanjutnya di sebut dengan Pulau pada suatu ketika, Tongkat Tuan Tapa berhasil mengenai tubuh naga jantan sehingga hancur terberai. Darahnya memancar keluar, sebagian besar terpencar ke bagian pesisir & membeku yang selanjutnya tempat di mana darah naga itu tumpah di sebut dengan Desa Batu Sirah / Batee Mirah. Sementara hati & jantungnya juga tercampak ke pesisir yang kemudian daerah ini di sebut dengan desa Batu Itam. Naga jantan mati dengan tubuh pasangannya mati, naga betina pun mulai menyerang Tuan Tapa, Namun serangan itu dapat di patahkan oleh Tuan Tapa, meskipun tongkat & topi Tuan Tapa sempat tercampak ke laut yang hingga sekarang tongkat serta topi itu masih ada & telah menjadi batu yang terdapat di kawasan pantai Tapaktuan. Naga betina ketakutan lalu melarikan diri. Sementara Naga betina yang hendak melarikan Putri Bungsu gagal. Demi menghindar dari kematian, hewan itu mengamuk sambil melarikan diri ke negri China & menabrak sebuah pulau lainnya sehingga pecah menjadi 2 pulau yang selanjutnya di sebut dengan Pulau bagaimana nasib sang putri? Sang putri akhirnya kembali hidup normal layaknya manusia & hidup bahagia bersama ke - 2 orangtuanya di daratan China.

tongkat dan topi tuan tapa